Kamu lagi.

Bismillaah.
HP-ku sedang belum baik-baik saja. Count down ku belum kubaca lagi. Kurang lebih 4 bulan lagi hari H nya.

Waktu berlalu begitu cepat. Sedang aku belum siap sama sekali. Tahun ini adalah tahun perubahan banyak sekali aspek dalam kehidupanku. Kalau aku terawang (maaf ini bukan ilmu perudukunan gimana, cuma aku lihat dari perkiraan saja).

Lagi-lagi terpikir kamu. Kamu sedang ngapain, kamu sibuk atau gak, kamu makan 3 kali sehari kah? shalat 5 waktu di masjid berjamaah kah? (makan dulu yak yang dipikir bukan shalat, ckckck.. fika taubat sih..) kajian atau tidak sempat? disana banyak dauroh lo.

Aku lagi-lagi kambuh, kekhawatiran yang banyak dirasakan semua orang menurutku. Mungkin aku tergolong sedikit lebih parno-an. Huzn? aku lupa istilah khawatir masa depan itu apa. Allahumma a’udzubika minal hammi wa huzni.

Aku takut kamu ndak suka dengan progesku yang ga kemana-mana. Kekuranganku yang meleber-leber. Yang aku sendiri masih susah memaafkannya. Apa kamu bisa? Kamu pernah bilang kamu lebih sabar dari aku.. ehm.. intinya kamu sabar.

Semoga aku bisa ketularan. <aamiin>

Aku juga selalu over thinking soal bagaimanakah besok jika suatu saat kamu marah padaku karena aku malas. atau saat aku salah? Aku takut cekcok. Padahal belum terjadi. Tapi normalnya bakal sih. Aku paling ga jago mengademkan suasana pasca itu sama sekali, selalu awkard atau gagal gagal gimanaa gitu. Allahu yahdii.
Aku ingin kamu tau, aku ga bakat minta maaf duluan kalau salah. Tapi aku bisa kok ngelakuinnya. Aku bisa apalagi sama yang kedudukannya lebih atas dari aku. (kudu tobat fix). Astaghfirullah. Jadi saat aku salah atau marah, ketahuilah, aku seringnya yang paling suka menyesalinya dan tersakiti lebih dari yang aku salahi atau yang aku marahi. Rasanya itu berat itu lo di hati. Aku paling benci aftereffect dari marah ku ini.

hal lain yang perlu kamu tau.

Setiap kali aku naik motor atau tidak sedang naik motor juga.. terus aku ketemu minimarket yang namanya kayak kamu. Atau toko yang mirip kamu. Atau sesuatu yang ada namamu. Aku reflek senyum sendiri. Ah.. aku inget kamu. gitu. >////<

Aku berusaha menjaga diri. Dengan berada di dalam koridor menjaga diri yang menyenangkan Allah. Oleh karena itu aku berharap, dari sini ada sebab, agar simpul kita berkah. Persahabatan, pertemanan yang kita bangun bisa berkah.

Aamiin.

Aku bertahan dari kefuturan yang parah, dan aku merasakan faktor alias sebab terbesarnya adalah dikelilingi sahabat dan teman yang begitu semangat meraih wajah Allah. Aku bersama mereka nyaris 80% waktu ku di Jogja selama kuliah.

Sungguh. Berteman dan dikelilingi saudara-saudara shalih itu sebab besar bertahannya iman. Bi idznillaah.

Aku pernah tanya sama Savie. “Apa kamu kira, teman ku besok itu akan bisa menggantikan seluruh teman-temanku yang berharga ini?”

Savie bilang “Sangat bisa”

Aku mau minta maaf kalau aku harus jujur aku sangsi. Bukan berarti aku sangsi padamu. Justru itu padaku.

Aku sangsi pada diriku yang tidak bisa 100% mengendalikan jiwa buruk ini. bahkan ketika aku bersama-sama dengan 20 orang saudari seiman yang diprogram menuju ridha Allah setiap hari.

Aku tidak boleh suudzon. Aku berdoa semoga Allah semakin memantapkanku. Aku harus positif aku bisa berubah jadi lebih baik, haisuma kuntu. Doakan aku.

Laa tansanii fii du’aika..

Mari jadi team sesurga bersama.. Bring it on!
Yassarallahu lanaa. :))

(Gambar itu aku ambil, di sawah depan rumah, pas main sama anak tetangga dah lama, awal profesi, bisa fokus gitu aku suka, baarakallahu fiih <:)